JAKARTA - Cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia belakangan ini mulai terasa dampaknya, khususnya di sektor pertanian. Di Kalurahan Pampang, Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, para petani mengalami kerugian setelah tanaman padi mereka rata dengan tanah akibat embusan angin kencang yang menyertai hujan deras.
Salah satu petani setempat, Wadiyanto, menyatakan kegundahannya atas kondisi ini. “Hujannya deras disertai angin kencang, padi yang siap panen pun ambruk semua,”. Menurut Wadiyanto, proses pemeliharaan tanaman padi sebenarnya sudah berjalan dengan baik, namun kondisi cuaca yang buruk menghancurkan hasil kerja keras mereka.
Wadiyanto berharap peristiwa ini tidak terlalu merugikan para petani dan padi dapat tetap dipanen. "Panen tinggal dua hari lagi, tetapi padinya sudah rata dengan tanah. Kami membutuhkan tenaga tambahan untuk memanen padi-padi ini," tambahnya.
Problematika ini tidak hanya dialami oleh Wadiyanto saja. Banyak petani lainnya di kawasan tersebut juga merasakan dampak cuaca yang tak bersahabat ini. Wadiyanto menyatakan bahwa lahan milik petani lain juga mengalami kerusakan serupa. "Kami hanya berharap masih bisa dipanen dan hasilnya juga bagus," ujarnya penuh harap.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Raharjo Yuwono, mengatakan pihaknya sudah mengetahui kondisi tanaman padi yang ambruk di Kalurahan Pampang. Ia menyebutkan bahwa meskipun kerusakan terjadi, luas area yang terdampak relatif kecil dan tanaman masih dapat dipanen. "Bukan masalah karena tetap bisa dipanen," ujarnya yakin.
Raharjo menjelaskan bahwa proses panen raya padi di wilayah Gunungkidul masih berlangsung, seperti yang juga terjadi di Kalurahan Siraman, Wonosari. Dari hasil panen tersebut, pengubinan menunjukkan produksi sebanyak 7,47 ton per hektar, angka yang cukup menggembirakan. "Hasil panen ini termasuk bagus sehingga harapannya bisa ikut menyejahterakan para petani," katanya, menambahkan bahwa panen raya akan terus berlangsung hingga Maret mendatang.
Pemerintah setempat juga memberikan kabar baik bahwa Bulog sudah memulai pembelian gabah dari petani di Gunungkidul dengan harga Rp6.500 per kilogram. "Sudah ada penyerapan gabah dari petani," ungkap Raharjo, memberikan sedikit angin segar bagi para petani yang terdampak cuaca ekstrem.
Dalam situasi sulit ini, dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk memastikan kesejahteraan para petani tetap terjaga. Meski cuaca tak bisa diprediksi, penguatan sistem pertanian dan adaptasi terhadap perubahan iklim menjadi kunci utama yang harus segera dilakukan untuk mencegah kerugian serupa di masa mendatang.
Selain itu, inovasi dan teknologi pertanian perlu digalakkan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cuaca ekstrem. Teknologi seperti penggunaan varietas padi tahan angin dan teknik menanam yang lebih adaptif terhadap kondisi cuaca bisa menjadi solusi jangka panjang bagi para petani di Paliyan dan wilayah lain yang memiliki permasalahan serupa.
"Dengan adanya perhatian dan tindakan cepat dari Dinas Pertanian, kami berharap ke depan ada solusi nyata untuk melindungi hasil panen kami," kata Wadiyanto. Harapan ini menjadi tantangan bagi pemerintah dan lembaga terkait untuk lebih memperhatikan kebutuhan petani dalam menghadapi tantangan cuaca yang semakin sulit diprediksi.
Lingkup masalah yang dihadapi petani di Paliyan ini menjadi gambaran nyata dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian di Indonesia. Upaya kolaboratif dari pemerintah, komunitas petani, dan pihak swasta dalam inovasi pertanian sangat diperlukan agar ke depannya dapat meminimalisir kerugian yang dihadapi petani yang bergantung pada faktor cuaca.
Melihat ke depan, peran Bulog dalam menstabilkan harga gabah akan sangat penting. Penyerapan gabah dengan harga yang wajar akan membantu mengurangi tekanan ekonomi yang dihadapi petani akibat kerusakan tanaman. Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul diharapkan terus memonitor dan memberikan bantuan yang diperlukan agar panen raya dapat berlangsung sukses hingga akhir periode.
Dalam menghadapi kondisi ini, para petani berharap cuaca ekstrem segera berakhir dan dapat melakukan perencanaan ulang untuk musim tanam berikutnya dengan bimbingan dari pihak terkait. Dengan optimisme dan kerja keras, diharapkan musim depan akan lebih baik bagi seluruh petani di Gunungkidul.